Minggu, 05 April 2009

Sukses Hari Jadi Banyumas 427 dan Pemilu Indonesia 2009

Belajar dari sejarah Banyumas, tentu nya kita sebagai warga Banyumas ingat bahwa hari ini adalah hari jadi atau hari ulang tahunnya Kabupaten Banyumas. Oleh karena itu tak heran jika di sepanjang jalan Kabupaten banyumas berkibar bendera warna-warni yang dimaksudkan untuk memperingati hari jadi kabupaten banyumas yang ke 427. Dan hal ini bertepatan dengan 3 hari menjelang pemilu Indonesia 2009, yang mana kampanye damai pemilu indonesia 2009 sudah didengung-dengungkan dari hari-hari kemarin.

Adalah suatu pepatah dari Tiongkok yang mengatakan debur ombak sungai Tiangkang susul menyusul selalu mendorong ke muka. Yang maksudnya ialah generasi muda selalu lebih maju dari pada generasi tua, maka dari itu hendaklah kita tidak berhenti dari berkarya dan hanya mengingat sejarah untuk dikagumi dan dilamuni. Kita tidak akan maju selama kita berhenti di masa lalu. Tetapi tidak ada salahnya jika kita memiliki semangat menghormati nenek moyang sebatas menjadikannya motivasi untuk menuju kemajuan kabupaten Banyumas, tidak hanya sekedar bendera-bendera di pinggir jalan, tidak pula sekedar berziarah ke makam raja-raja dan adipati Banyumas di desa Dawuhan, seperti yang orang banyak lakukan, karena tidak ada manfaatnya. (apa sih manfaatnya selain menebalkan tahayul, dan kepercayaan bahwa makam tersebut keramat? sampai pernah juga ada yang mencari serpihan batu makam Adipati Banyumas tanpa jelas maksudnya, naudzubillah). Tetapi baiklah jika kita akan berusaha mengulas sejarah banyumas untuk menyambut hari jadi Banyumas yang ke 427 ini.

Kabupaten Banyumas berdiri pada tahun 1582 dan tentunya masih bernama kadipaten Banyumas, tepatnya pada hari Jum'at Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi, juga bertepatan tanggal 12 Robiul ula 990 almanak Hijri. Lalu dikokohkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten DATI II Banyumas No. 2 th 1990.

Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas sebagai pendirinya yang pertama adalah Raden Joko Kahiman yang kemudian meniadi Bupati pertama yang terkenal dengan gelar julukan ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT) / adipati yang membagi Banyumas menjadi empat.

Riwayat singkat sejarah Banyumas diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raia Sultan Hadiwijaya yang terkenal masa mudanya sebagai Jaka Tingkir yang kisah heroic nya sangat terkenal akan tetapi juga terkenal playboy alias tukang menggoda wanita dan membuat wanita sekedar game saja.
Alkisah telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) sehingga mengakibatkan kematiannya dikarenakan salah paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworeio (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari menghadap ke Paiang. Dikarenakan peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun putra Adipati tersebut tiada yang berani menghadap.

Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII.
Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.

Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Keiawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberinama Kabupaten Banyumas.

Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.

Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?.
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putrid Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.
Adipati Banyak Geleh adalah keturunan ke 9 dari R. Aria Bangah dari Galuh Pakuan putra Pajajaran.

Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :
a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.

Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA.
Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah "BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582.

Bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".

PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK BERDIRINYA
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582

  1. R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II
  2. R. Ngabei Merta Sura (1560)
  3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1561 -1620)
  4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 - 1650)
  5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 – 1705
  6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)
  7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.
  8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)
  9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I.
  10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 - 1780)
  11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)
  12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 - 1816)
  13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830) Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)
  14. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).
  15. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)
  16. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)
  17. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)
  18. KPAA Gandasubrata (1913 - 1933)
  19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
  20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
  21. R. Budiman (1953 -1957)
  22. M. Mirun Prawiradireja (30 - 01 - 1957 / 15 - 12 - 1957)
  23. R. Bayi Nuntoro (15 - 12 - 1957 / 1960)
  24. R. Subagio (1960 -1966)
  25. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)
  26. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)
  27. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)
  28. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 - 1998)
  29. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - 11 April 2003)
  30. H Mardjoko (2003 - sampai dengan sekarang)

Demikian artikel sejarah Banyumas dalam rangka memperingati hari jadi banyumas yang ke 427 dan semoga belajar dari sejarah banyumas tersebut kita bisa untuk mensukseskan cita-cita leluhur kita yakni mewujudkan negeri Indonesia yang damai, maju, makmur dan sejahtera. Supaya cita-cita tersebut terlaksana tentunya kita tidak ingin menoreh sejarah dengan catatan terburuk karena apa yang akan kita lakukan kelalk juga akan menjadi sejarah yang dibaca anak cucu kita. viva banyumas.

0 komentar:

Daftar Blog Keren